Kasus : Pembunuhan
Ade Sara oleh mantan pacarnya Hafitd dan pacarnya Assyifa.
Pelaku : Hafitd dan Assyifa
Korban : Ade Sara Angelina S.
Senin,3 Maret 2014
Ade sara bertemu dengan assyifa yang memang sudah janjian di
dekat statsiun Gondangdia pada pukul 17.30, lalu tiba-tiba tanpa sepengetahuan
Ade Sara, mantan pacarnya Hafitd muncul. Disitulah Assyifa dan Hafitd melakukan
sandiwara bahwa kalau Ade Sara tidak ikut dengan Assyifa, Asyifa tidak mau
masuk mobil, akhirnya Ade sara meleraikan pertengkaran yang terjadi pada mantan
pacarnya dan pacar barunya itu yang memang mereka sudah saling mengenal dari
SMA. Selama diperjalanan, Ade Sara(19) disetrum dan dipukul oleh kedua
tersangka. Agar Ade Sara tidak kabur,Assyifa dan Hafitd memkasa Ade Sara untuk
membuka pakaiannya dengan tujuan agar Ade Sara tidak bisa kabur, tetapi Ade
Sara tidak mau menuruti permintaan Hafitd dan Assyifa, pelaku naik pitam
kemudian Hafitd menendang leher Ade sara dengan kaki kirinya. Tidak puas dengan
melakukan hal seperti itu, mulut Ade Sara disumpal dengan tisu dan kertas
sampai akhirnya tersedak dan meninggal. Pada pukul 21.25 Assyifa dan Hafitd
tahu kalau Ade Sara sudah tidak bernyawa lagi karena Assyifa mendpati dada
korban yang tidak berdetak lagi jantungnya.
Selasa, 4 Maret 2014
Pada pukul 02.00 WIB mobil Hafitd mogok dan lalu ia membawa
mobilnya untuk disservice kecil oleh temanny. Disitu HAfitd memberitahu
temannya bahwa ia membawa mayat, dan Assyifa pun memakaikan pakaian Ade Sara
kembali.
Pada pukul 21.00 WIB pelaku membuang mayat ade sara di
pinggir tol Bintara, Bekasi.
Rabu,5 Maret 2014
Pada pukul 6.30 WIB mayat Ade sara ditemukan oleh petugas
patroli jalan tol Bintara . Saat itu terlihat sesosok mayat di jalan Tol
Bintara arah Cikunir KM 49. Wajahnya sudah membiru, dan ditangan kirinya
melingkar gelang karet bertuliskan "Java Jazz Festival".
Komentar :
Menurut saya, kasus diatas bermotif atas rasa cemburu dan
sakit hati. Lantaran Ade Sara tidak mau berhubungan lagi dengan mantan
kekasihnya Hafitd sehingga membuat Hafitd kesal. Hafitd mempunyai pacar baru
bernama Assyifa yang selalu dijadikan tempat curhatan Hafitd tentang Ade Sara,
yang menyebabkan Assyifa sakit hati dan cemburu oleh Ade Sara karena Assyifa
tidak ingin,Hafitd kembali lagi pada Ade Sara. Tetapi kasus ini perlu mendapat
perhatian lebih untuk para remaja dan orang tua karena dengan adanya kasus ini
sudah menjelaskan bahwa pengendalian diri sangat dibutuhkan. Pengendalian diri
dapat didapatkan dari interaksi anak dengan orang tua sehari-hari serta
pendampingan yang cukup dari masa kanak-kanak hingga remaja. Apabila interaksi
dan pendampingan anak-anak kurang dari orang tua akibatnya anak akan kurang
dapat mengendalikan emosinya, tetapi apabila anak mendapat pendampingan yang
cukup dan interaksi dengan orang tua baik, anak tidak akan mengutamakan
emosinya bahkan ia dapat berpikir lebih jernih dalam pemecahan masalah.
Teori-teori :
Sigmund freud(1856-1939)mengemukakan
dalam teori kepribadiannya, bahwa jiwa terdir dari dari 3 sistem yaitu id, ego,
dan super ego. Id ini berisi untuk memuaskan dorongan-dorongan primitif seperti
kesenangan yang beintikan memuaskan semua dorongan mempertahaknkan kehidupan
dan dorongan untuk mati. Ego adalah system dimana kedua dorongan id dan super
ego beradu kekuatan, fungsinya untuk menjaga keseimbangan yang antara id dan
super ego yang berhubungan dengan dunia nyata. Sedangkan superego ialah system
ini dibentuk oleh budaya dan norma-norma yang berlaku. Dari kasus pembunuhan
Ade Sara, para pelaku hanya mengikuti system id yang ada dalam dirinya dan
memiliki kelemahan dalam superego dan egonya, karena dapat dilihat niat awal
mereka ialah hanya menyiksa Ade Sara. Disaat seperti itu ia masih menggunakan
sedikit system ego dan superego, karena lemahnya system ego, mereka tidak dapat
menjaga keseimbangan dan tidak
memperhatikan norma-norma dalam segala tindakannya.
Abraham maslow(1908-1970) (hierarki of needs) dalam teorinya
terdapat 5 tingkat kebutuhan yaitu:
1. kebutuhan
fisik : udara,makanan,minuman dan sebagainya.
2. Keamanan
: rasa aman, stabilitas, perlindungan, struktur,dan keteraturan.
3. Kebutuhan
untuk dimiliki dan dicintai : orang ingin mencintai dan dicintai orang lain.
4. Kebutuhan
akan harga diri : kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain,
kebutuhan kekuatan, penguasaan, dan sebaginya.
5. Kebutuhan
untuk mengaktualisasikan diri : bisa mengatualisasikan dan mengembangkan
kesenangannya atau hobinya.
Dari kasus diatas dapat disimpulkan pelaku tidak mendapatkan
kebutuhan rasa aman,kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai, dan kebutuhan akan
harga diri, sebab apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut terpenuhi ia tidak akan
melakukan hal yang tidak sewajarnya. Kebutuhan akan harga diri salah satunya
kebutuhan untuk penguasaan, yang berarti ia ingin merasakan penguasaan erhadap
orang lain untuk dirinya. Sedangkan kebutuhan rasa aman dan kebutuhan untuk
dicintai dan dimiliki juga sangat berpengaruh dalam kasus diatas, karena
apabila ia memiliki perlindungan(perhatian) yang cukup dari orangtuanya seorang
anak akan dapat berpikir dengan jernih dengan perilakunya. Kurangnya kebutuhan
akan dicintai dan mencintai juga dirasakan kurang oleh kedua pelaku, karena
apabila para pelaku merasakan dicintai dan mencintai ia tidak akan punya
pikiran untuk melakukan hal yang tidak masuk diakal hanya dengan alasa taut
kehilangan seseorang.
Kasus : pembunuhan Mia Nuraini (15 tahun)
Pelaku : AHG (21), NP (16), IR (23), CY (19), PA (20), dan YH (19). PA dan YH perempuan sudah ditangkap, namun, dua pelaku lain, yaitu A dan AF masih buron.
Korban : Mia Nuraini
Mia, seorang siswi SMP
berumur 15 tahun tewas karena adanya pengeroyokan oleh 8 orang. Salah
satu pelakunya adalah mantan pacar Mia yang berinisial A. Mia mempunyai pacar
yang berinisial SS yang berbeda anggota geng motor dengan A. A tidak menyukai
hubungan SS dan Mia, karena SS merupakan musuh bagi A yang berbeda kelompok
pemuda. Pada saat Mia membonceng SS untuk menjemput temannya, SA. SA pun
sendiri dalam satu motor dalam perjalanan itu. Tiba-tiba ada 4 motor yang
mengikuti dengan mengejar Mia, SS, dan SA dengan membawa senjata tajam seperti,
gir motor dan kayu dan dengan meneriakkan “maling,maling”. Akhirnya motor Mia
dan SS terjatuh dan mereka dipukuli oleh beberapa pemuda tersebut, dan temannya
SA masih tetap dikejar yang akhirnya terkena pukulan dan sabetan senjata tajam.
Mia mengalami kerobekan pada muka dan kepalanya, ia meninggal setelah sempat
dilarikan ke Rs. Fatmawati, sedangkan SS dan SA mengalami luka parah dan
akhirnya dirawat. Para pelaku yang berinisial AHG (21), NP (16), IR (23), CY (19), PA (20), dan YH (19). PA
dan YH perempuan sudah ditangkap, namun, dua pelaku lain, yaitu A dan AF, masih
buron.
Kedua orang tua
Mia tidak mengetahui bahwa Mia memiliki pacar.
Komentar :
Menurut saya
kasus diatas menggambarkan salah satu factor lingkungan yang kurang baik.
Terbentuknya geng-geng dan adanya pembagian wilayah itu yang membuat orang
merasa berkuasa, yang padahal berkuasa dalam menguasai wilayah itu tidak baik.
Karena adanya factor lingkungan yang seperti ini, para pelaku yang sebenarnya
tidak terlibat dalam urusan Mia, SS, A menjadi terlibat karena adanya rasa
tidak kompak antara anggota kelompoknya. Hal ini juga menunjukkanperhatian
orang tua yang kurang terhadap anak-anaknya. Mia, anak berumur 16 tahun
dibiarkan membawa kendaraan bermotor dan orang tua tidak mengetahui hal-hal
yang dialami olehnya seperti Mia punya pacar atau tidak, itu artinya kurangnya
interaksi antara orangtua dan anak yang berakibat buruk pada pergaulan Mia, Mia
berinteraksi dengan orang-orang dewasa yang tidak memiliki inteligensi lebih
tinggi dibanding Mia. Apabila dari segi para pelaku, para pelaku ini juga
kurang mendapatkan perhatian orang tua dan factor lingkungan. Diumur 19-21
tahun yang harusnya digunakan untuk serius dalam pendidikannya, malah digunakan
untuk memuaskan rasa cemburu dan emosi yang tidak membuahkan apa-apa selain
kematian seseorang. Lagi-lagi peran orang tua sangat kurang dalam kasus ini.
Peran orang tua sangat dibutuhkan oleh anak dalam pembentukan karakternya
ketika dewasa.
Teori-teori :
Alfred adler(1870-1937)
dalam salah satu pendapatnya mengenai nature vs nurture mengatakan bahwa
kepribadian seseorang saling dipengaruhi oleh nature(bawaan) dan
nurture(lingkungan) sekitarnya. Dan di kasus ini terlihat factor lingkunganlah
yang berperan paling besar karena para pelaku dapat melakukan hal seperti itu
karena adanya dorongan-dorongan yang mengahruskn mereka untuk turut ikut campur
dalam masalah Mia, SS, dan A.
Sigmund freud(1856-1939)
dengan salah satu teorinya defences mechanism(displacement) yaitu peluapan
emosi(agresi) dimana ia bisa mengutarakan kekesalannya kepada seseorang yang
posisinya akan tetap diam karena emosi yang dirasakan kepada orang lain tidak
dapat diutarakan. Maka dari itu, salah satu pelaku A, mengutarakan kekesalannya
kepada SS karena sebenarnya ia kesal terhadap Mia karena Mia tidak menuruti
kemauannya untuk tidak berpacaran dengan SS.
Gustave Le
Bon(1841-1931) dalam bukunya The Crowd ia membicarakan tentang konformitas,
kepemimpinan dalam kelompok. Ia berkesimpulan bahwa individu-individu dalam
suatu kelompok bersifat diktarorial karena dikuasai oleh jiwa bersama. Jiwa
bersama ini memicu individu-individu untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya
diluar keinginannya. Maka dari itu, pada kasus ini para pelaku merasa mempunyai
fungsi yang sama karena memiliki jiwa bersama. Dan hal itu pulalah yang
menjadikan para perilaku bertindak diluar keinginannya.
Kasus : penganiayaan sadis yang dialami
oleh IS(Iqbal Saputra) berumur 3,5 tahun.
Korban : Iqbal Saputra (3,5 tahun)
Komentar :
Dengan adanya
penganiayaan sadis seperti ini, psikologis IS pasti terganggu. Dan untuk
memperbaiki ondisi psikologisnya seorang anak harus bertemu orangtuanya, Iis
ibu dari korban. Penganiayaan ini bermotifkan sakit hati yang kemudian
disesali. Itu berarti saat melakukan banyak penganiayaan Dadang tidak dapat
berpikir jernih dan mengendalikan emosinya.
Teori :
Erik Erikson(1902-1994)
dalam salah satu pendapatnya dalam perkembangan anak ialah trust vs mistrust.
Seorang anak akan lebih percaya pada ibunya dan lingkungannya apabila sejak kecil ia diberi rasa perlindungan yang cukup oleh lingkungannya, tetapi apabila di waktu kecilnya ia diperlakukan secara kasar, ia akan memiliki perasaan yang mistrust atau tidak mempercayai lingkungannya bahwa lingkungannya itu aman baginya. IS mendapati menjadi anak yang mistrust karena sejak usia yang sangat dini ia mendapat perlakuan yang kasar dan penganiayaan. Karena itulah ia tidak dapat merasa perlindungan yang cukup dari lingkungannya.
Sigmund Freud(1856-1939)
dalam teorinya defence mechanism yaitu displacement mengemukakan bahwa displacement
ini ialah peluapan emosi yang keliru. Pelaku (Dadang) yang sebenarnya kesal
terhadap ibu korban, Iis meluapkan ketidak sukaannya dengan menganiaya anak
dari mantan pacarnya itu,iis karena ia tidak bisa meluapkan kekesalannya
terhadap iis.
Referensi :
Sarwono,
Sarlito W. (2002). Berkenalan Dengan Aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi. 3rd
Edition. BULAN. Jakarta.
John W. Santrock. (2011).
Life Span Development. 13th Edition. McGraw Hill. New
York. ISBN: 978-0071221696.
King,
A. Laura. (2010). The Science of Psychology : an Appreciative View. Jakarta :
Salemba Humanika.
Diambil
tanggal 26 Maret 2014, dari http://www.merdeka.com/jakarta/rentetan-kekejaman-dadang-pada-bocah-is-bikin-merinding.html
Diambil
tanggal 25 Maret 2014, dari http://www.merdeka.com/tag/p/pembunuhan-ade-sara
Diambil
pada tanggal 25 Maret 2014, dari http://megapolitan.kompas.com/read/2014/03/17/1726323/Pembunuhan.Ade.Sara.Berawal.dari.Niat.Menculik
Diambil
pada tanggal 25 Maret 2014, dari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar