Selasa, 25 Maret 2014

Kasus Pembunuhan Ade Sara, Mia, dan penganiayaan Iqbal Saputra


Kasus : Pembunuhan Ade Sara oleh mantan pacarnya Hafitd dan pacarnya Assyifa.
Pelaku : Hafitd dan Assyifa


Korban : Ade Sara Angelina S.



Senin,3 Maret 2014

Ade sara bertemu dengan assyifa yang memang sudah janjian di dekat statsiun Gondangdia pada pukul 17.30, lalu tiba-tiba tanpa sepengetahuan Ade Sara, mantan pacarnya Hafitd muncul. Disitulah Assyifa dan Hafitd melakukan sandiwara bahwa kalau Ade Sara tidak ikut dengan Assyifa, Asyifa tidak mau masuk mobil, akhirnya Ade sara meleraikan pertengkaran yang terjadi pada mantan pacarnya dan pacar barunya itu yang memang mereka sudah saling mengenal dari SMA. Selama diperjalanan, Ade Sara(19) disetrum dan dipukul oleh kedua tersangka. Agar Ade Sara tidak kabur,Assyifa dan Hafitd memkasa Ade Sara untuk membuka pakaiannya dengan tujuan agar Ade Sara tidak bisa kabur, tetapi Ade Sara tidak mau menuruti permintaan Hafitd dan Assyifa, pelaku naik pitam kemudian Hafitd menendang leher Ade sara dengan kaki kirinya. Tidak puas dengan melakukan hal seperti itu, mulut Ade Sara disumpal dengan tisu dan kertas sampai akhirnya tersedak dan meninggal. Pada pukul 21.25 Assyifa dan Hafitd tahu kalau Ade Sara sudah tidak bernyawa lagi karena Assyifa mendpati dada korban yang tidak berdetak lagi jantungnya.

Selasa, 4 Maret 2014

Pada pukul 02.00 WIB mobil Hafitd mogok dan lalu ia membawa mobilnya untuk disservice kecil oleh temanny. Disitu HAfitd memberitahu temannya bahwa ia membawa mayat, dan Assyifa pun memakaikan pakaian Ade Sara kembali.
Pada pukul 21.00 WIB pelaku membuang mayat ade sara di pinggir tol Bintara, Bekasi.

Rabu,5 Maret 2014

Pada pukul 6.30 WIB mayat Ade sara ditemukan oleh petugas patroli jalan tol Bintara . Saat itu terlihat sesosok mayat  di jalan Tol Bintara arah Cikunir KM 49. Wajahnya sudah membiru, dan ditangan kirinya melingkar gelang karet bertuliskan "Java Jazz Festival".


Komentar :

Menurut saya, kasus diatas bermotif atas rasa cemburu dan sakit hati. Lantaran Ade Sara tidak mau berhubungan lagi dengan mantan kekasihnya Hafitd sehingga membuat Hafitd kesal. Hafitd mempunyai pacar baru bernama Assyifa yang selalu dijadikan tempat curhatan Hafitd tentang Ade Sara, yang menyebabkan Assyifa sakit hati dan cemburu oleh Ade Sara karena Assyifa tidak ingin,Hafitd kembali lagi pada Ade Sara. Tetapi kasus ini perlu mendapat perhatian lebih untuk para remaja dan orang tua karena dengan adanya kasus ini sudah menjelaskan bahwa pengendalian diri sangat dibutuhkan. Pengendalian diri dapat didapatkan dari interaksi anak dengan orang tua sehari-hari serta pendampingan yang cukup dari masa kanak-kanak hingga remaja. Apabila interaksi dan pendampingan anak-anak kurang dari orang tua akibatnya anak akan kurang dapat mengendalikan emosinya, tetapi apabila anak mendapat pendampingan yang cukup dan interaksi dengan orang tua baik, anak tidak akan mengutamakan emosinya bahkan ia dapat berpikir lebih jernih dalam pemecahan masalah.

Teori-teori :



Sigmund freud(1856-1939)mengemukakan dalam teori kepribadiannya, bahwa jiwa terdir dari dari 3 sistem yaitu id, ego, dan super ego. Id ini berisi untuk memuaskan dorongan-dorongan primitif seperti kesenangan yang beintikan memuaskan semua dorongan mempertahaknkan kehidupan dan dorongan untuk mati. Ego adalah system dimana kedua dorongan id dan super ego beradu kekuatan, fungsinya untuk menjaga keseimbangan yang antara id dan super ego yang berhubungan dengan dunia nyata. Sedangkan superego ialah system ini dibentuk oleh budaya dan norma-norma yang berlaku. Dari kasus pembunuhan Ade Sara, para pelaku hanya mengikuti system id yang ada dalam dirinya dan memiliki kelemahan dalam superego dan egonya, karena dapat dilihat niat awal mereka ialah hanya menyiksa Ade Sara. Disaat seperti itu ia masih menggunakan sedikit system ego dan superego, karena lemahnya system ego, mereka tidak dapat menjaga keseimbangan  dan tidak memperhatikan norma-norma dalam segala tindakannya.



Abraham maslow(1908-1970) (hierarki of needs) dalam teorinya terdapat 5 tingkat kebutuhan yaitu:
1.     kebutuhan fisik : udara,makanan,minuman dan sebagainya.
2.     Keamanan : rasa aman, stabilitas, perlindungan, struktur,dan keteraturan.
3.     Kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai : orang ingin mencintai dan dicintai orang lain.
4.     Kebutuhan akan harga diri : kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain, kebutuhan kekuatan, penguasaan, dan sebaginya.
5.     Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri : bisa mengatualisasikan dan mengembangkan kesenangannya atau hobinya.

Dari kasus diatas dapat disimpulkan pelaku tidak mendapatkan kebutuhan rasa aman,kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai, dan kebutuhan akan harga diri, sebab apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut terpenuhi ia tidak akan melakukan hal yang tidak sewajarnya. Kebutuhan akan harga diri salah satunya kebutuhan untuk penguasaan, yang berarti ia ingin merasakan penguasaan erhadap orang lain untuk dirinya. Sedangkan kebutuhan rasa aman dan kebutuhan untuk dicintai dan dimiliki juga sangat berpengaruh dalam kasus diatas, karena apabila ia memiliki perlindungan(perhatian) yang cukup dari orangtuanya seorang anak akan dapat berpikir dengan jernih dengan perilakunya. Kurangnya kebutuhan akan dicintai dan mencintai juga dirasakan kurang oleh kedua pelaku, karena apabila para pelaku merasakan dicintai dan mencintai ia tidak akan punya pikiran untuk melakukan hal yang tidak masuk diakal hanya dengan alasa taut kehilangan seseorang.



Kasus : pembunuhan Mia Nuraini (15 tahun)

Pelaku AHG (21), NP (16), IR (23), CY (19), PA (20), dan YH (19). PA dan YH perempuan sudah ditangkap, namun, dua pelaku lain, yaitu A dan AF masih buron.


Korban : Mia Nuraini 


Mia, seorang siswi SMP  berumur 15 tahun tewas karena adanya pengeroyokan oleh 8 orang. Salah satu pelakunya adalah mantan pacar Mia yang berinisial A. Mia mempunyai pacar yang berinisial SS yang berbeda anggota geng motor dengan A. A tidak menyukai hubungan SS dan Mia, karena SS merupakan musuh bagi A yang berbeda kelompok pemuda. Pada saat Mia membonceng SS untuk menjemput temannya, SA. SA pun sendiri dalam satu motor dalam perjalanan itu. Tiba-tiba ada 4 motor yang mengikuti dengan mengejar Mia, SS, dan SA dengan membawa senjata tajam seperti, gir motor dan kayu dan dengan meneriakkan “maling,maling”. Akhirnya motor Mia dan SS terjatuh dan mereka dipukuli oleh beberapa pemuda tersebut, dan temannya SA masih tetap dikejar yang akhirnya terkena pukulan dan sabetan senjata tajam. Mia mengalami kerobekan pada muka dan kepalanya, ia meninggal setelah sempat dilarikan ke Rs. Fatmawati, sedangkan SS dan SA mengalami luka parah dan akhirnya dirawat. Para pelaku yang berinisial AHG (21), NP (16), IR (23), CY (19), PA (20), dan YH (19). PA dan YH perempuan sudah ditangkap, namun, dua pelaku lain, yaitu A dan AF, masih buron.
Kedua orang tua Mia tidak mengetahui bahwa Mia memiliki pacar.

Komentar :

Menurut saya kasus diatas menggambarkan salah satu factor lingkungan yang kurang baik. Terbentuknya geng-geng dan adanya pembagian wilayah itu yang membuat orang merasa berkuasa, yang padahal berkuasa dalam menguasai wilayah itu tidak baik. Karena adanya factor lingkungan yang seperti ini, para pelaku yang sebenarnya tidak terlibat dalam urusan Mia, SS, A menjadi terlibat karena adanya rasa tidak kompak antara anggota kelompoknya. Hal ini juga menunjukkanperhatian orang tua yang kurang terhadap anak-anaknya. Mia, anak berumur 16 tahun dibiarkan membawa kendaraan bermotor dan orang tua tidak mengetahui hal-hal yang dialami olehnya seperti Mia punya pacar atau tidak, itu artinya kurangnya interaksi antara orangtua dan anak yang berakibat buruk pada pergaulan Mia, Mia berinteraksi dengan orang-orang dewasa yang tidak memiliki inteligensi lebih tinggi dibanding Mia. Apabila dari segi para pelaku, para pelaku ini juga kurang mendapatkan perhatian orang tua dan factor lingkungan. Diumur 19-21 tahun yang harusnya digunakan untuk serius dalam pendidikannya, malah digunakan untuk memuaskan rasa cemburu dan emosi yang tidak membuahkan apa-apa selain kematian seseorang. Lagi-lagi peran orang tua sangat kurang dalam kasus ini. Peran orang tua sangat dibutuhkan oleh anak dalam pembentukan karakternya ketika dewasa.

Teori-teori :



Alfred adler(1870-1937) dalam salah satu pendapatnya mengenai nature vs nurture mengatakan bahwa kepribadian seseorang saling dipengaruhi oleh nature(bawaan) dan nurture(lingkungan) sekitarnya. Dan di kasus ini terlihat factor lingkunganlah yang berperan paling besar karena para pelaku dapat melakukan hal seperti itu karena adanya dorongan-dorongan yang mengahruskn mereka untuk turut ikut campur dalam masalah Mia, SS, dan A.
Sigmund freud(1856-1939) dengan salah satu teorinya defences mechanism(displacement) yaitu peluapan emosi(agresi) dimana ia bisa mengutarakan kekesalannya kepada seseorang yang posisinya akan tetap diam karena emosi yang dirasakan kepada orang lain tidak dapat diutarakan. Maka dari itu, salah satu pelaku A, mengutarakan kekesalannya kepada SS karena sebenarnya ia kesal terhadap Mia karena Mia tidak menuruti kemauannya untuk tidak berpacaran dengan SS.



Gustave Le Bon(1841-1931) dalam bukunya The Crowd ia membicarakan tentang konformitas, kepemimpinan dalam kelompok. Ia berkesimpulan bahwa individu-individu dalam suatu kelompok bersifat diktarorial karena dikuasai oleh jiwa bersama. Jiwa bersama ini memicu individu-individu untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya diluar keinginannya. Maka dari itu, pada kasus ini para pelaku merasa mempunyai fungsi yang sama karena memiliki jiwa bersama. Dan hal itu pulalah yang menjadikan para perilaku bertindak diluar keinginannya.

Kasus : penganiayaan sadis yang dialami oleh IS(Iqbal Saputra) berumur 3,5 tahun.

Korban : Iqbal Saputra (3,5 tahun)


 Korban, (IS) diculik dari awal desember 2013 oleh mantan kekasih ibunya, Dadang. Kasus ini bermotif sakit hati kepada ibu IS,Iis lantaran Dadang cemburu iis berselingkuh dengan laki-laki lain. Pada awalnya Dadang suka memberikan pakaian dan mainan kepada IS, tetapi IS terus menangis dan minta dibelikan sepeda yang membuat Dadang naik pitam karena Dadang tidak punya uang untuk membelikannya,lalu emosinya naik dan menyiksa IS. Dadang melakukan penganiayaan yang sadis seperti menyundut lengan IS dengan rokok sebanyak lebih dari 5 kali, menggigit perut Iqbal, menusuk-nusuk Iqbal dengan paku, menendang kemaluan, serta melakukan kekerasan pada bagian wajah dan kepala. Kini, sudah dilakukan rekonstruksi kejadian dan Dadang menyesali perbuatannya, dan Iqbal kini dirawat secara intensif di rumah sakit umum daerah koja, Jakarta utara. Iqbal sempat bilang bahwa ia merindukan ibunya.

Komentar :

Dengan adanya penganiayaan sadis seperti ini, psikologis IS pasti terganggu. Dan untuk memperbaiki ondisi psikologisnya seorang anak harus bertemu orangtuanya, Iis ibu dari korban. Penganiayaan ini bermotifkan sakit hati yang kemudian disesali. Itu berarti saat melakukan banyak penganiayaan Dadang tidak dapat berpikir jernih dan mengendalikan emosinya.

Teori :



Erik Erikson(1902-1994) dalam salah satu pendapatnya dalam perkembangan anak ialah trust vs mistrust. Seorang anak akan lebih percaya pada ibunya dan lingkungannya apabila sejak kecil ia diberi rasa perlindungan yang cukup oleh lingkungannya, tetapi apabila di waktu kecilnya ia diperlakukan secara kasar, ia akan memiliki perasaan yang mistrust atau tidak mempercayai lingkungannya bahwa lingkungannya itu aman baginya. IS mendapati menjadi anak yang mistrust karena sejak usia yang sangat dini ia mendapat perlakuan yang kasar dan penganiayaan. Karena itulah ia tidak dapat merasa perlindungan yang cukup dari lingkungannya. 


Sigmund Freud(1856-1939) dalam teorinya defence mechanism yaitu displacement mengemukakan bahwa displacement ini ialah peluapan emosi yang keliru. Pelaku (Dadang) yang sebenarnya kesal terhadap ibu korban, Iis meluapkan ketidak sukaannya dengan menganiaya anak dari mantan pacarnya itu,iis karena ia tidak bisa meluapkan kekesalannya terhadap iis.




Referensi :

Sarwono, Sarlito W. (2002). Berkenalan Dengan Aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi. 3rd Edition.  BULAN.  Jakarta. 

John W. Santrock.  (2011).  Life Span Development.  13th Edition.  McGraw Hill.  New York.   ISBN: 978-0071221696.

King, A. Laura. (2010). The Science of Psychology : an Appreciative View. Jakarta : Salemba Humanika.


Diambil tanggal 25 Maret 2014, dari http://www.merdeka.com/tag/p/pembunuhan-ade-sara


Diambil pada tanggal 25 Maret 2014, dari



Tidak ada komentar: