Selasa, 25 Maret 2014

Kasus Pembunuhan Ade Sara, Mia, dan penganiayaan Iqbal Saputra


Kasus : Pembunuhan Ade Sara oleh mantan pacarnya Hafitd dan pacarnya Assyifa.
Pelaku : Hafitd dan Assyifa


Korban : Ade Sara Angelina S.



Senin,3 Maret 2014

Ade sara bertemu dengan assyifa yang memang sudah janjian di dekat statsiun Gondangdia pada pukul 17.30, lalu tiba-tiba tanpa sepengetahuan Ade Sara, mantan pacarnya Hafitd muncul. Disitulah Assyifa dan Hafitd melakukan sandiwara bahwa kalau Ade Sara tidak ikut dengan Assyifa, Asyifa tidak mau masuk mobil, akhirnya Ade sara meleraikan pertengkaran yang terjadi pada mantan pacarnya dan pacar barunya itu yang memang mereka sudah saling mengenal dari SMA. Selama diperjalanan, Ade Sara(19) disetrum dan dipukul oleh kedua tersangka. Agar Ade Sara tidak kabur,Assyifa dan Hafitd memkasa Ade Sara untuk membuka pakaiannya dengan tujuan agar Ade Sara tidak bisa kabur, tetapi Ade Sara tidak mau menuruti permintaan Hafitd dan Assyifa, pelaku naik pitam kemudian Hafitd menendang leher Ade sara dengan kaki kirinya. Tidak puas dengan melakukan hal seperti itu, mulut Ade Sara disumpal dengan tisu dan kertas sampai akhirnya tersedak dan meninggal. Pada pukul 21.25 Assyifa dan Hafitd tahu kalau Ade Sara sudah tidak bernyawa lagi karena Assyifa mendpati dada korban yang tidak berdetak lagi jantungnya.

Selasa, 4 Maret 2014

Pada pukul 02.00 WIB mobil Hafitd mogok dan lalu ia membawa mobilnya untuk disservice kecil oleh temanny. Disitu HAfitd memberitahu temannya bahwa ia membawa mayat, dan Assyifa pun memakaikan pakaian Ade Sara kembali.
Pada pukul 21.00 WIB pelaku membuang mayat ade sara di pinggir tol Bintara, Bekasi.

Rabu,5 Maret 2014

Pada pukul 6.30 WIB mayat Ade sara ditemukan oleh petugas patroli jalan tol Bintara . Saat itu terlihat sesosok mayat  di jalan Tol Bintara arah Cikunir KM 49. Wajahnya sudah membiru, dan ditangan kirinya melingkar gelang karet bertuliskan "Java Jazz Festival".


Komentar :

Menurut saya, kasus diatas bermotif atas rasa cemburu dan sakit hati. Lantaran Ade Sara tidak mau berhubungan lagi dengan mantan kekasihnya Hafitd sehingga membuat Hafitd kesal. Hafitd mempunyai pacar baru bernama Assyifa yang selalu dijadikan tempat curhatan Hafitd tentang Ade Sara, yang menyebabkan Assyifa sakit hati dan cemburu oleh Ade Sara karena Assyifa tidak ingin,Hafitd kembali lagi pada Ade Sara. Tetapi kasus ini perlu mendapat perhatian lebih untuk para remaja dan orang tua karena dengan adanya kasus ini sudah menjelaskan bahwa pengendalian diri sangat dibutuhkan. Pengendalian diri dapat didapatkan dari interaksi anak dengan orang tua sehari-hari serta pendampingan yang cukup dari masa kanak-kanak hingga remaja. Apabila interaksi dan pendampingan anak-anak kurang dari orang tua akibatnya anak akan kurang dapat mengendalikan emosinya, tetapi apabila anak mendapat pendampingan yang cukup dan interaksi dengan orang tua baik, anak tidak akan mengutamakan emosinya bahkan ia dapat berpikir lebih jernih dalam pemecahan masalah.

Teori-teori :



Sigmund freud(1856-1939)mengemukakan dalam teori kepribadiannya, bahwa jiwa terdir dari dari 3 sistem yaitu id, ego, dan super ego. Id ini berisi untuk memuaskan dorongan-dorongan primitif seperti kesenangan yang beintikan memuaskan semua dorongan mempertahaknkan kehidupan dan dorongan untuk mati. Ego adalah system dimana kedua dorongan id dan super ego beradu kekuatan, fungsinya untuk menjaga keseimbangan yang antara id dan super ego yang berhubungan dengan dunia nyata. Sedangkan superego ialah system ini dibentuk oleh budaya dan norma-norma yang berlaku. Dari kasus pembunuhan Ade Sara, para pelaku hanya mengikuti system id yang ada dalam dirinya dan memiliki kelemahan dalam superego dan egonya, karena dapat dilihat niat awal mereka ialah hanya menyiksa Ade Sara. Disaat seperti itu ia masih menggunakan sedikit system ego dan superego, karena lemahnya system ego, mereka tidak dapat menjaga keseimbangan  dan tidak memperhatikan norma-norma dalam segala tindakannya.



Abraham maslow(1908-1970) (hierarki of needs) dalam teorinya terdapat 5 tingkat kebutuhan yaitu:
1.     kebutuhan fisik : udara,makanan,minuman dan sebagainya.
2.     Keamanan : rasa aman, stabilitas, perlindungan, struktur,dan keteraturan.
3.     Kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai : orang ingin mencintai dan dicintai orang lain.
4.     Kebutuhan akan harga diri : kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain, kebutuhan kekuatan, penguasaan, dan sebaginya.
5.     Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri : bisa mengatualisasikan dan mengembangkan kesenangannya atau hobinya.

Dari kasus diatas dapat disimpulkan pelaku tidak mendapatkan kebutuhan rasa aman,kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai, dan kebutuhan akan harga diri, sebab apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut terpenuhi ia tidak akan melakukan hal yang tidak sewajarnya. Kebutuhan akan harga diri salah satunya kebutuhan untuk penguasaan, yang berarti ia ingin merasakan penguasaan erhadap orang lain untuk dirinya. Sedangkan kebutuhan rasa aman dan kebutuhan untuk dicintai dan dimiliki juga sangat berpengaruh dalam kasus diatas, karena apabila ia memiliki perlindungan(perhatian) yang cukup dari orangtuanya seorang anak akan dapat berpikir dengan jernih dengan perilakunya. Kurangnya kebutuhan akan dicintai dan mencintai juga dirasakan kurang oleh kedua pelaku, karena apabila para pelaku merasakan dicintai dan mencintai ia tidak akan punya pikiran untuk melakukan hal yang tidak masuk diakal hanya dengan alasa taut kehilangan seseorang.



Kasus : pembunuhan Mia Nuraini (15 tahun)

Pelaku AHG (21), NP (16), IR (23), CY (19), PA (20), dan YH (19). PA dan YH perempuan sudah ditangkap, namun, dua pelaku lain, yaitu A dan AF masih buron.


Korban : Mia Nuraini 


Mia, seorang siswi SMP  berumur 15 tahun tewas karena adanya pengeroyokan oleh 8 orang. Salah satu pelakunya adalah mantan pacar Mia yang berinisial A. Mia mempunyai pacar yang berinisial SS yang berbeda anggota geng motor dengan A. A tidak menyukai hubungan SS dan Mia, karena SS merupakan musuh bagi A yang berbeda kelompok pemuda. Pada saat Mia membonceng SS untuk menjemput temannya, SA. SA pun sendiri dalam satu motor dalam perjalanan itu. Tiba-tiba ada 4 motor yang mengikuti dengan mengejar Mia, SS, dan SA dengan membawa senjata tajam seperti, gir motor dan kayu dan dengan meneriakkan “maling,maling”. Akhirnya motor Mia dan SS terjatuh dan mereka dipukuli oleh beberapa pemuda tersebut, dan temannya SA masih tetap dikejar yang akhirnya terkena pukulan dan sabetan senjata tajam. Mia mengalami kerobekan pada muka dan kepalanya, ia meninggal setelah sempat dilarikan ke Rs. Fatmawati, sedangkan SS dan SA mengalami luka parah dan akhirnya dirawat. Para pelaku yang berinisial AHG (21), NP (16), IR (23), CY (19), PA (20), dan YH (19). PA dan YH perempuan sudah ditangkap, namun, dua pelaku lain, yaitu A dan AF, masih buron.
Kedua orang tua Mia tidak mengetahui bahwa Mia memiliki pacar.

Komentar :

Menurut saya kasus diatas menggambarkan salah satu factor lingkungan yang kurang baik. Terbentuknya geng-geng dan adanya pembagian wilayah itu yang membuat orang merasa berkuasa, yang padahal berkuasa dalam menguasai wilayah itu tidak baik. Karena adanya factor lingkungan yang seperti ini, para pelaku yang sebenarnya tidak terlibat dalam urusan Mia, SS, A menjadi terlibat karena adanya rasa tidak kompak antara anggota kelompoknya. Hal ini juga menunjukkanperhatian orang tua yang kurang terhadap anak-anaknya. Mia, anak berumur 16 tahun dibiarkan membawa kendaraan bermotor dan orang tua tidak mengetahui hal-hal yang dialami olehnya seperti Mia punya pacar atau tidak, itu artinya kurangnya interaksi antara orangtua dan anak yang berakibat buruk pada pergaulan Mia, Mia berinteraksi dengan orang-orang dewasa yang tidak memiliki inteligensi lebih tinggi dibanding Mia. Apabila dari segi para pelaku, para pelaku ini juga kurang mendapatkan perhatian orang tua dan factor lingkungan. Diumur 19-21 tahun yang harusnya digunakan untuk serius dalam pendidikannya, malah digunakan untuk memuaskan rasa cemburu dan emosi yang tidak membuahkan apa-apa selain kematian seseorang. Lagi-lagi peran orang tua sangat kurang dalam kasus ini. Peran orang tua sangat dibutuhkan oleh anak dalam pembentukan karakternya ketika dewasa.

Teori-teori :



Alfred adler(1870-1937) dalam salah satu pendapatnya mengenai nature vs nurture mengatakan bahwa kepribadian seseorang saling dipengaruhi oleh nature(bawaan) dan nurture(lingkungan) sekitarnya. Dan di kasus ini terlihat factor lingkunganlah yang berperan paling besar karena para pelaku dapat melakukan hal seperti itu karena adanya dorongan-dorongan yang mengahruskn mereka untuk turut ikut campur dalam masalah Mia, SS, dan A.
Sigmund freud(1856-1939) dengan salah satu teorinya defences mechanism(displacement) yaitu peluapan emosi(agresi) dimana ia bisa mengutarakan kekesalannya kepada seseorang yang posisinya akan tetap diam karena emosi yang dirasakan kepada orang lain tidak dapat diutarakan. Maka dari itu, salah satu pelaku A, mengutarakan kekesalannya kepada SS karena sebenarnya ia kesal terhadap Mia karena Mia tidak menuruti kemauannya untuk tidak berpacaran dengan SS.



Gustave Le Bon(1841-1931) dalam bukunya The Crowd ia membicarakan tentang konformitas, kepemimpinan dalam kelompok. Ia berkesimpulan bahwa individu-individu dalam suatu kelompok bersifat diktarorial karena dikuasai oleh jiwa bersama. Jiwa bersama ini memicu individu-individu untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya diluar keinginannya. Maka dari itu, pada kasus ini para pelaku merasa mempunyai fungsi yang sama karena memiliki jiwa bersama. Dan hal itu pulalah yang menjadikan para perilaku bertindak diluar keinginannya.

Kasus : penganiayaan sadis yang dialami oleh IS(Iqbal Saputra) berumur 3,5 tahun.

Korban : Iqbal Saputra (3,5 tahun)


 Korban, (IS) diculik dari awal desember 2013 oleh mantan kekasih ibunya, Dadang. Kasus ini bermotif sakit hati kepada ibu IS,Iis lantaran Dadang cemburu iis berselingkuh dengan laki-laki lain. Pada awalnya Dadang suka memberikan pakaian dan mainan kepada IS, tetapi IS terus menangis dan minta dibelikan sepeda yang membuat Dadang naik pitam karena Dadang tidak punya uang untuk membelikannya,lalu emosinya naik dan menyiksa IS. Dadang melakukan penganiayaan yang sadis seperti menyundut lengan IS dengan rokok sebanyak lebih dari 5 kali, menggigit perut Iqbal, menusuk-nusuk Iqbal dengan paku, menendang kemaluan, serta melakukan kekerasan pada bagian wajah dan kepala. Kini, sudah dilakukan rekonstruksi kejadian dan Dadang menyesali perbuatannya, dan Iqbal kini dirawat secara intensif di rumah sakit umum daerah koja, Jakarta utara. Iqbal sempat bilang bahwa ia merindukan ibunya.

Komentar :

Dengan adanya penganiayaan sadis seperti ini, psikologis IS pasti terganggu. Dan untuk memperbaiki ondisi psikologisnya seorang anak harus bertemu orangtuanya, Iis ibu dari korban. Penganiayaan ini bermotifkan sakit hati yang kemudian disesali. Itu berarti saat melakukan banyak penganiayaan Dadang tidak dapat berpikir jernih dan mengendalikan emosinya.

Teori :



Erik Erikson(1902-1994) dalam salah satu pendapatnya dalam perkembangan anak ialah trust vs mistrust. Seorang anak akan lebih percaya pada ibunya dan lingkungannya apabila sejak kecil ia diberi rasa perlindungan yang cukup oleh lingkungannya, tetapi apabila di waktu kecilnya ia diperlakukan secara kasar, ia akan memiliki perasaan yang mistrust atau tidak mempercayai lingkungannya bahwa lingkungannya itu aman baginya. IS mendapati menjadi anak yang mistrust karena sejak usia yang sangat dini ia mendapat perlakuan yang kasar dan penganiayaan. Karena itulah ia tidak dapat merasa perlindungan yang cukup dari lingkungannya. 


Sigmund Freud(1856-1939) dalam teorinya defence mechanism yaitu displacement mengemukakan bahwa displacement ini ialah peluapan emosi yang keliru. Pelaku (Dadang) yang sebenarnya kesal terhadap ibu korban, Iis meluapkan ketidak sukaannya dengan menganiaya anak dari mantan pacarnya itu,iis karena ia tidak bisa meluapkan kekesalannya terhadap iis.




Referensi :

Sarwono, Sarlito W. (2002). Berkenalan Dengan Aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi. 3rd Edition.  BULAN.  Jakarta. 

John W. Santrock.  (2011).  Life Span Development.  13th Edition.  McGraw Hill.  New York.   ISBN: 978-0071221696.

King, A. Laura. (2010). The Science of Psychology : an Appreciative View. Jakarta : Salemba Humanika.


Diambil tanggal 25 Maret 2014, dari http://www.merdeka.com/tag/p/pembunuhan-ade-sara


Diambil pada tanggal 25 Maret 2014, dari



Kamis, 20 Maret 2014

psikologi strukturalisme dan fungsionalisme


Fungsionalisme ialah yang menekankan tujuan atau fungsi sebuah perilaku, sedangkan stukturalisme menekankan pendeskripsian dan menganalisis perilaku. Bila para Strukturalis memperhatikan "apa" yang terjadi ketika organisme melakukan sesuatu tetapi para fungsionalis mempermasalahkan bagaimana dan mengapa organisme itu melakukan sesuatu. Fungsionalisme di Amerika dipelopori oleh William James, lalu fungsionalisme terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok Chicago (Chicago school of functionalism) yang dipelopori oleh John Dewey, dan kelompok Columbia (Columbia school of functionalism) yang dipelopori oleh James Mckeen Cattell.
Berikut beberapa tokoh Strukturalisme :

1.     Wilhem Wundt (1832-1920)

 

            Wilhem Wundt lahir di provinsi di wilayah barat daya Jerman, Baden, dan Wundt ialah anak seorang pastor Lutheran. Dari masa kecil sampai remajanya, Wundt harus mengikuti jadwal belajar yang ketat dan sedikit bermain, hal ini membuat Wundt menjadi dewasa yang kaku yang hanya menekankan pada upaya-upaya intelektualnya secara sistematis dan produktif. Kemudian Wundt belajar di Universitas Heidelberg (Jerman) dengan memiliki niat menjadi fisiolog, ternyata Wundt berubah pikiran untuk beralih bidang yaitu bidang kedokteran karena ia berpikir mengenai kepraktisannya dalam memperoleh biaya hidupnya. Setelah belajar selama 4 tahun ia menyadari bahwa ia tidak tertarik untuk menjadi dokter, akhirnya pada tahun 1856 ia berangkat ke Berlin untuk belajar  di institut fisiologi Johannes Muller dan dimana ia juga bekerja sama dengan Du-Bois Reymond. Setelah mempunyai  pengalaman yang singkat, Wundt kembali ke Heidelberg untuk menyelesaikan studi kedokterannya, dan mengajar sedikit dalam bidang fisiologi.
            Pada tahun 1958 Helmholtz dating ke Heidelberg, kemudian ia bekerja di laboratorium yang sama denganWundt selama 13 tahun.  Setelah itu pada tahun 1871 Hemlholtz pindah ke Berlin, tetapi Wundt tidak diberikan kesempatan untuk menggantikan posisinya. Akhirmya, Wundt meninggalkan Heidelberg pad atahun 1874 dan selama setahun mejadi professor filsafat induktif di Zurich, dan pada tahun 1875 menjadi professor filsafat di Leipzig, dimana ia tinggal selama sisa kariernya yang panjang,
            Setelah Wundt mendapatkan basis yang kuat menenai fisiologi, Wundt tertarik pada studi psikologi. Pada tahun 1873 dan 1874 ia memublikasikan usulan sistematisnya bagi lahirnya disiplin baru, yakni psikologi terbagi atas 2 bagian, Grundzuge der Physiologischen Psychologie (prinsip-prinsip psikologi fisiologi) yang berlanjut sampai edisi keenam. Dalam karyanya ini Wundt  berupaya mengembangkan paradigma, atau kerangka kerja, psikologi sebagai ilmu pengetahuan eksperimental tentang pikiran, dan untuk dipelajari melalui proses-prosesnya.
            Wundt mendidirkan laboratorium di Leipzig  pada tahun 1879 yang dianggap sebagai  laboratorium pertama yang secara khusus didekasikan bagi penelitian psikologi.  Pada tahun 1881 ia mendirikan sebuah jurnal untuk melaporkan berbagai studi eksperimental yang ada di laboratoriumnya yang disebut  Philosophische  Studien ( studi filosofi). Daftar murid Wundt mencakup pendiri-pendiri system psikologi di Jerman, di seluruh Eropa, dan di Amerika. Sebagian besar murid Wundt menyimpang dari konsepsi Wundt tentang psikologi dan lainlainnya.

2. Edward Bradford Titchener (1867-1927)

            titchener lahir di chichester Inggris selatan(1867) dalam keturunan keluarga bangsawan kuno tetapi tidak banyak berharta.  Meskipun Titchener hanya 2 tahun menjadi murid Wundt tetapi Titchener mempertahankan secara kaku interpretasinya tentang system Wundt selama kariernya di Univeristas Cornell di New York.
Titchener memperoleh beasiswa  dan masuk ke universitas Oxford pada tahun 1885 untuk mempelajari filsafat  dan menjadi tertarik pada tulisan-tulisan Wundt, lalu ia menerjemahkan edisi ketiga Wundt Prinsip-prinsip Psikologi Fisiologi. Namun, psikologi baru Wundt tidak diterima secara antusias di Oxford, sehingga Titchener memutuskan untuk pergi ke Leipzig dan bekerja dengan Wundt. Pada tahun 1892 Titchener menyelesaikan gelar doktornya disertai dengan menyelesaikan efek binokular dari stimulasi monocular. Setelah gagal mendapatkan posisi  di Inggris, Titchener mendapatkan posisi keprofesoran di Cornell yang lowong karena Frank Angell salah satu murid Wundt yang lain pindah ke Universitas Stanford yang baru didirikan. Titchener  mengajar psikologi di Cornell selama 35 tahun yang membuat ia sangat keras terhadap dirinya sendiri untuk mendukung versi kaku psikologi stuktural dan tidak menoleransi penyimpangan.
Karya-karya Titchener termasuk outline of  Psychology (1896), A Primer of Psychology (1898), Experimental Psycholofy (1901-1905), Psychology of Feeling and Attention (1908), Experimental Psychology of the Thought Processes(1909), dan A Test-Book of Psychology ( 1909-1910) karya-karya tersebut akademis dan sistematis hampir memiliki lingkup ensiklopedik.
            Titchener hanya berkutat dengan analisis eksperimental pikiran manusia dewasa normal, tidak dengan perbedaan individual, ia menjauhkan diri dari tema utama psikologi Amerika, yang merupakan studi tentang topik-topik seperti psikologi anak, psikologi abnormal, dan psikologi hewan. Selain itu, Titchener sering bersitegang dengan para koleganya dari Amerika dan mendirikan Organisasi sendiri untuk menyaingi Asosiasi Psikologi Amerika yang belum lama beridirinkarena suatu perbedaan pendapat dengan para anggota organisasi tersebut.
            Psikologi Struktural dari Wundt dan Titchener memiliki 3 tujuan : menggambarkan komponen-komponen kesadaran sebagai elemen-elemen dasar, menggambarkan kombinasi elemen-elemen dasar tersebut, dan menjelaskan hubungan elemen-elemen kesadaran dengan system saraf.
            Metode eksperimental yang diajukan untuk memastikan ketepatan analisis isi mental adalah introspeksi. Teknik pelaporan diri ini merupakan pendekatan klasik untuk menggambarkan pengalaman pribadi. Introspeksi yang diartikan Wundt dan Titchener jauh lebih cermat dan terkontrol dibanding Augustine dalam bukunya confessions sebuah pendekatan intospektif dalam ilmu pengetahuan di Jerman pada abad ke-19 yang diteguhkan melalui karya elegan Purkinje. Introspeksi yang diartikan Wundt dan Titchener menekankan pada kredibilitas psikologi structural yang terletak pada penggunaan introspeksi secara benar yaitu penekanan pada pengalaman langsung yang dijadikan subjek pembahasan psikologi mengharuskan kebergantungan pada metode yang mengukur pengalaman murni tersebut. Introspeksi bergantung pada karakteristik kesadaran yang diamati. Kesalahan yang sering dilakukan oleh introspeksionis tidak terlatih disebut “kesalahan stimulus” yaitu menggambarkan objek yang diamati, bukan isi kesadaran. Kesalahan stimulus, menurut titchener tidak menghasilkan data psikologis namun menghasilkan deskripsi fisik. Menjadikan introspeksi sebagai satu-satunya metode yang dapat diterima dalam penyelidikan psikologi secara serius dipertanyakan karena  tidak ada fakta atau prinsip yang dapat diperoleh dari metode introspeksi.
            Wundt mengembangkan teori prasaan yang terdiri dari 3 dimensi (senang-tidak senang, tegang-rileks, bergairah-tenang) pada tahun 1890-an tetapi Titchener hanya setuju pada 1 dimensi yaitu Senang-tidak senang. Penerimaan titchener hanya pada 1 dimensi membuatkan mereduksi emosi menjadi sekadar reaksi visceral organic. Interpretasi Wundt yang lebih luas membawanya lebih jauh dari kesimpulan tanpa sadar Helmholtz dan menghipotesiskan apersepsi sebaga proses kreatif dari komponen-komponen pembentuk persepsi total. Apersepsi merupakan aktivitas kognitif yang dapat mengetahui hubungan logis antar isi mental; perasaan dianggap sebagai hasil apersepsi isi indrawi.
            Psikologi structural tidak bertahan lama setelah kematian Titchener (1927) karena reaksi terhadap psikologi structural di Amerika merupakan kesalah pahaman dalam tulisan-tulisan Wundt dan akibat kebergantungan Titchener atas system Wundt.

3. Herman Ebbinghaus (1850-1909)


            Ebbinghaus lahir di Barmen Jerman pada tahun 1850 dan meninggal di Halle, Jerma 1909. Tokoh psikologi yang terkenal atas eksperimentasi individualnya. Ebbinghaus melakukan studinya di universitas Bonn, disertai doktornya tentang pandangan-pandangan von Hartmann tentang ketidak sadaran. Setelah itu, ia mengajar di Ingggris dan Perancis selama 7 tahun untuk membiayai kehidupannya. Ketika di Paris ia menemukan buku Elemente der Psychophysik yang membuatnya  mulai mempelajari memori dengam mempelajari penginderaan yang digunakan oleh Fechner. Ebbinghaus memandang bahwa hokum pengulangan sebagai kunci kuantifikasi memori. Ia menggunakan suku kata tanpa arti sebagai alat pembentukan asosiasi. Dengan suatu pertimbangan oa memilih satu suku kata  tanpa arti yang dapat menyulitkan ingatannya. Ia menggunakan metode ini untuk mengukur waktu penguasaan dan lam ingatan seiring berjalannya waktu. Karya Ebbinghaus yang berjudul Ueber Das Gedachtnis (diterjemahkan dalam bahasa ingggris dengan judul memory) terbit pada tahun 1885,yang menjelaskan metodologi dan temuan-temuannya, termasuk yang terkenal yakni kurva ingatan yang menunjukan proses lupa seiring berjalannya waktu dari sejak pertama kali ingatan diperoleh. Karyanya ini sangat diterima secara luas karena Ebbinghaus mendokumentasikan serangan eksperimental pernuh pada proses-proses mental lebih tinggi yang diabaikan oleh Wundt.
            Ebbinghaus menjadi professor di Berlin, Wroclaw(Breslau) dan Halle dan ia juga banyak menarik mahasiswa. Ia mendirikan jurnal Zeitschrift fur Psychologie unad Physiologie der sinnersorgane (artikel baru bagi psikologi dan fisiologi organ-organ indra;1890). Dari studi memori kemudian ia berlanjut ke studi tentang penglihatan warna.  Ia membuat buku teks psikologi umum Dasar-dasar psikologi(1897) yang digunakan di banyak universitas Jerman sebagai buku teks standard an hal itu membuat reputasinya meningkat.

Ebbinghaus Forgetting Curve



Tokoh-tokoh Fungsionalisme

1.     William James (1842-1910)



James lahir pada tanggal 1 november 1842 di New York City,meninggal pada 16 Agustus 1910 di Mount Chocura, New Hampshire Amerika Serikat. Pada tahun 1861 ia mask Universitas Harvard, mula-mula ia mempelajari ilmu kimia, kemudian anatomi perbandingan, biologi dan ilmu faal, dan masuk fakultas kedokteran di Universitas yang sama pada tahun 1864. Minat terhadap psikologinya makin kuat ketika ia mengunjungi Jerman pda tahun 1867-1868. Di Berlin ia mengikuti kuliah-kuliah yang diberikan Du Bois Reymond, ahli ilmu faal yang terkenal dan di Heidelberg ia sempat mengikuti kuliah-kuliah yang diberikan oleh Helmholtz dan Wundt. Karier akademis James diterukan di Harvard, 1869-mendapatkan gelar doktor, 1872-menjadi dosen, 1876-asisten professor ilmu faal, 1880-assisten professor ilmu faal. 1880-asisten professor filsafat,1885-profesor filsafat, 1889-proffesor psikologi, dan 1897-1907 kembali menjadi professor filsafat. Ia mendirikan salah satu laboratprium yang pertama di dunia pada tahun 1875. Studinya yang utama dalam psikologi yang dituliskan dalam bukunyanPrinciples of Psychology (1890) menjadi salah satu dasar yang digunakan oleh psikologi modern. James adalah pelopor psikologi Amerika dan sering disejajarkan dengan Wundt di Jerman.
Metode yang digunakan kaum aliran fungsionalisme dikenal dengan nama metode observasi tingkah laku yang terdiri dari metode fisiologi dan metode variasi kondisi. Metode fisiologi adalah menguraikan tingkah laku dari sudut anatomi dan ilmu faal, misalnya tingkah laku “mendengar” diuraikan dari segi fisiologi dan bersudutkan pada anatomi dan ilmu faal. Sedangkan metode variasi kondisi inilah yang sebenarnya merupakan metode eksperimental dalam aliran fungsionalisme. Dalam metode ini, kondisi stimulus terhadap seseorang, percobaan divariasi atau diubah-ubah. Metode ini digunakan untuk meneliti tingkah laku yang sudah mengandung unsure-unsur psikologisnya.

Fungsionalisme Chicago.

2.     John Dewey (1859-1952)



lahir pada tanggal 20 oktober 1859 di Burlington, Vermont, United States dan meninggal pada tanggal 1 juni 1952 di New York City,united States. Dewey menjadi pelopor psikologi fungsionalisme dichicago. Dewey Filsuf Amerika dan pendidik yang merupakan pendiri gerakan filsafat yang dikenal sebagai pragmatisme, pelopor dalam psikologi fungsional, dan pemimpin gerakan progresif dalam pendidikan di Amerika Serikat. Pragmatisme adalah system filosofi Amerika. Pragmatisme menekankan hasil, bukan metodenya, filsafat pragmatis tidak berisi kesimpulan lengkap doktrin atau keyakinan, namun lebih berisi cara tertentu dalam berfilsafat. Psikologi fungsional sebagai pendahulu langsung terhadap filsafat pragmatis yang menciptakan atomsfer intelektual tanpa membicarakan apa yang individu lakukan melainkan bagaimana individu melakukannya.
Kariernya yang panjang dtandai dengan komitmen terhadap perubahan sosial. Ia memandang bahwa pendidikan ialah kunci perbaikan individu atau masyarakat lain agar menjadi lebih baik. Selain itu, daripada Dewey menjadikan dirinya sendiri sebagai dedikasi untuk mengembangkan psikologi itu sendiri, Dewey menggunakan psikologi sebagai suatu alat bagi visi sosialnya. Pada tahun 1884 Dewey meraih gelarnya dan disertai dengan psikologi Kant, 20 tahun berikutnya Dewey mengabdi di wilayah barat tengah, pertama di Michigan kemudian ke Chicago, sebelum pindah ke Universitas Columbia pada tahun 1904. Pada tahun 1886 ia memublikasikan buku pertamanya yang berjudul Psychology tentang ilmu pengetahuan baru di Amerika. Meskipun buku tersebut mengartikan psikologi dari  segi fungsional, tapi ia benar-benar seorang filsuf yang menggambarkan penginderaan sebagai contoh kesadaran dasar timbul sebagai respon terhadap jiwa.
Hingga saat kepindahannya ke Columbia, pandangan-pandangannya masih berarah kenaah pendidikan dan filsafat sosial. Kontribusi utamanya yang diberikan semasa ia di Chicago adalah memimpin kelompok cendekiawan muda yang yakin dengan kegunaan psikologi dan mendukung pandangan bahwa psikologi Amerika dan Fungsional itu adalah sama.

3.     James Rowland Angell.



Angell lahir pada tanggal 8 Mei 1969, di Burlington,Vermont, United states dan meninggal pada tanggal 4 maret 1949 di Hamden, Connecticut, US. Angell datang ke Chicago pada tahun 1894 dan menetap disana sampai tahun 1920. Ia adalah cucu salah satu presiden Universitas Brown, dan anak presiden Universitas Vermont yang kemudian menjadi presiden universitas Michigan. Angell sendiri menjadi presiden Yale pada tahun 1921. Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Michigan dan meraih gelas magister di Harvard pada tahun 1892. I kemudian belajar di Halle Jerman untuk meraih gelar doctor dan menyelesaikan semua persyaratan, tetapi meninggalkan Halle dan menerima pekerjaan baru di Universitas Minnesota. Pidato pelantikannya  sebagai presiden Asosiasi Psikologi Amerika pada tahun 1906 dengan papernya yang berjudul” The Province of Functional Psychology” yang mengememukakan 3 pandangannya terhadap fungsionalisme :
1.            Fungsionalisme adalah psikologi tentang “mental operation”(aktivitas bekerjanya jiwa), sebagai lawan terhadap psikologi tentang elemen-elemen mental.
2.            Fungsionalisme adalah psikologi tentang kegunaan-kegunaan dasar dari kesadaran, dimana jiwa(mind) merupakan perantara antara lingkungan dan kebutuhan-kebutuhan organisme, ini disebut juga sebagai teori emergensi dari kesadaran. Untuk keadaan biasa yang tidak bersifat emergensi yang berfungsi adalah kebiasaan(habit).
3.            Fungsionalisme adalah psikofisik, yaitu psikologi tentang keseluruhan organisme yang terdiri dari badan dan jiwa. Ia mempelajari juga hal-hal di luar kesadaran, misalnya kebiasaan(habit) dan setengah sadar(half consciousness).
Angell mendefinisikan inti psikologi fungsional adalah penerimaan atas pendekatan biologis untuk mengetahui cara kerja pikiran dalam penyesuaikan individu psikofisis dengan lingkungan. Angell, menyebutkan 3 bidang dalam psikologis fungsional. Pertama, psikologi  fungsional mempelajari operasi mental. Kedua, penekanan psikologi fungsional pada aktivitas adaptif, ketiga, psikologi fungsional menerima suatu interaksi psikofisis, antara pikiran-tubuh.
Dibawah kepemimpinan Angell, psikologi fungsionalis menjadi berkembang dan berbagai makalah tentang penelitian manusia serta tingkat-tingkat infra pada manusia dipublikasikan secara meluas. Murid dari Angell yang paling terkenal dengan behaviorime di Amerika John B. Watson yang disertai buku berjudul Pendidikan hewan: perkembangan psikis tikus putih(1903). Angell menolak behaviorme Watson yang dianggap membahayakan dalam psikologi dan dianggap absurb didalam filosofi, namun pandangan Watson tersebut ialah merupakan konsekuensi logis dari beberapa tujuan dasar psikologi fungsional.
  
Fungsionalisme Columbia

4.     james McKeen cattell (1860-1944)




Lahir pada tanggal 25 Mei 1860, Easton, US dan meninggal pada 20 Januari 1944 di Lancaster US. Cattell meraih gelar sarjananya di Lafayette College di Easton,Pennyslavia, kemudian belajar di Jerman dibawah bimbingan Wundt dan Lotze. Setelah ia kembali ke Amerika untuk belajar di Hopkins Cattell memberikan komitmennya secara pasti bagi psikologi. Ia kembali ke Jerman dan myakinkan Wundt bahwa ia membutuhkan asisten yaitu Cattell. Selama bekerja di laboratorium Wundt, cattell tertarik dengan eksperimen tentang waktu reaksi yaitu perbedaan individual dalam waktu reaksi. Setelah ia mengajar selama 1 tahun di Amerika, dan pada tahun 1888 ia juga mengajar di Universitas Cambridge. Dari tahun 1888-1891, Cattell mebjadi professor di Universitas Pennsylvania, dan dari tahun 1891-1917, ia menjabat posisi yang sama di Columbia. Di kedua universitas ini Cattell membangun laboratorium psikologi. Lalu Cattell dipecat dari Universitas  Columbianya karena ia menentang  keterlibatan Amerika dalam PD 1, akhirnya ia mengabiskan sisa hidupnya dengan minatnya dibidang test psikologi dan tugas-tugas tutorialnya. Pada tahun 1894, bersama James Baldwin(1861-1934) ia mendirikan Psychological Review, lalu pada tahun 1900 ia menerbitkan Popular science( kemudia berganti menjadi Scientific Monthly). Selama 32 tahun Cattell menjadi editor American Men of Science an berulang kali menjadi editor Science, School and Society, dan American Naturalist.
            Minat Cattell terhadap perbedaan individual yang menjadikannya adanya pengujian mental pada tahun 1890-an. Pada tahun 1892, ia memublikasikan sebuah monograf, On The Perception of small Differences, dimana ia memperkenalkan analisis statistik mendetail terhadap kesalahan dalam penilaian yang dilakukan oleh para subjek dalam eksperimen psikofisis tradisional dan dalam studi ini juga ia mengiktui arah  yang telah diambil Galton. Cattell memublikasikan sebuah laporan mengenai pengukuran fisik dan mental terhadap para mahasiswa Columbia pada tahun 1896 dan diikuti dengan  survei evaluatif terhadap para ilmuwan ternama. Ia mendirikan perusahaannya sendiri, The Psychological Corporation untuk memasarkan keahlian psikologis dan alat-alat pengukuran kepada masyarakat.

5.     Edward Lee Thorndike (1874-1949)



Edward Lee Thorndike lahir 31 Agustus 1874 di Williamsburg , Massachusetts .
Dia meninggal pada tanggal 9 Agustus 1949. Thorndike dikenal sebagai pendahulu behaviorisme Amerika. Karya awal Thorndike tumbuh dari semangat fungsional psikologi Amerika yaitu pembelajaran tentang hewan yang mencerminkan klasifikasinya yang tepat dalam tradisi behavioris. Thordike adalah salah satu tokoh fungsionalisme kelompok Columbia. Setelah ia menyelesaikan studinya di Harvard, ia bekerja di Teacher’s College of Columbia dibawah pimpinan James McKeen Cattell. Pada tahun 1898 Thorndike menerbitkan bukunya yang berjudul  Animal Intelligence, An Experimental Study of Association Process in Animal. Buku ini merupakan hasil penelitian thorndike terhadap tingkah laku beberapa jenis hewan seperti, kucing,anjing dan burung, mencerminkan  prinsip dasar dari proses belajar(learning) tidak lain sebenarnya adalah asosiasi. Suatu stimulus(s) akan menimbulkan suatu respons (R), tertentu. Teori ini disebut sebagai Teori S-R. dalam teori S-R dikatakan bahwa dalam proses belajar, pertama kali organisme (hewan, orang) belajar dengan cara coba-salah( Trial and error). Dalam proses belajar yang mengikuti prinsip coba-salah ini, ada beberapa hokum yang dikemukakan Thorndike:
1.hukum efek (The Law of Effect): intensitas hubungan antara S dan R akan meningkat apabila hubungan itu diikuti oleh keadaan yang menyenangkan. Sebaliknya, hubungan itu akan berkurang kalau diikuti oleh keaadaan yang tidak menyenangkan.

6.     Robert Sessions Woodworth (1874-1949)


Woodworth lahir pada tanggal 17 oktober 1869 Belchertown, Massachusetts US, dan meninggal pada 4 juli 1962 New York City, New York, US. Tokoh lain dari kelompok Columbia ini adalah tokoh yang benar-benar terkemuka dan pernah mendapat medali emas (1956) dari The American Psychological Foundation atas jasa-jasanya mempersatukan dan mengorganisasikan psikologi di Amerika Serikat. Woodworth mendapat gelar M.A dari Universitas Harvard pada tahun 1897, dan kemudian mendapatkan gelar Ph.D pada tahun 1899 di Columbia di bawah bimbingan James McKeen Cattell dalam bidang psikologi. Woodworth menjadi tokoh yang luas pandangannya dan disegani orang sampai saat pensiunnya  pada usia 89 tahun. Titik pangkal pendirian Woodworth dalam psikologi adalah fungsionalisme. Woodworth merasa tidak cukup mempelajari hubungan S-R saja, melainkan lebih penting dari itu,ia merasa harus mempelajari pula dinamika hubungan S-R tersebut. Bagaimana terjadinya hubungan itu, bagaimana perkembangan hubungan itu dalam situasi-situasi yang berubah-ubah. Pahamnya yang dikemukakannya dalam bukunya Dynamic Psychology (1918) menyebabkan bahwa Woodworth patut digolongkan dalam pengikut aliran psikodinamik. Woodworth sering disebut sebagai tokoh yang memelopori ilmu tentang motif, atau motivologi.

referensi :


Sarwono, Sarlito W. (2002). Berkenalan Dengan Aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi. 3rd Edition.  BULAN.  Jakarta. 

 Brennan, James F. (2006). Sejarah dan Sistem Psikologi. 6th Edition. RAJAP. Depok.

Kamis, 13 Maret 2014

Fondasi psikologi di zaman Yunani Kuno


Fondasi psikologi di zaman Yunani Kuno

Yunani kuno menciptakan titik awal berbagai hipotesis penyebab aktivitas manusia dalam peradaban barat. Ada beberapa prinsip-prinsip kehidupan dengan system penjelasan yang tidak pasti. Orientasi naturalistic, diwakili oleh para ahli fisika lonia Democritus, Heraclitus, dan Parmenides membahas beberapa elemen fisik di dunia sebagai prinsip pertama. Lalu orientasi biologis dikembangkan oleh  Alcmaeon, Hippocrates,dan Empedocles yang menyatakan bahwa fisiologistubuh mengisahkan penjelasan kehidupan. Orientasi matematis diwakili oleh Phytagoras yang menyatakan bahwa basis kehidupan dapat ditemukan dalam konsistensi esensial berbagai hubungan matematis. Para sofis mengemukakan orientasi eklektik yang menolak pentingnya upaya mencari prinsip-prinsip pertama. Mereka lebih mendorong sikap operasional yang bergantung pada pengamatan kehidupan sehari-hari sebagaimana kehidupan dijalani. Terakhir, Anaxagoras dan Socrates, menolak pendapat para sofis, mengemukakan teori eksistensi jiwa yang menentukan humanitas manusia. Orientasi humanistic ini mengembangkan teori jiwa spiritual yang mengandung kemampuan manusia yang unik seperti, kecerdasan dan kehendak. Jiwa disebut sebagai elemen sentral dalam interpretasi kehidupan yang dikemukakan oleh Plato dan Arostoteles. Di akhir zaman yunani kuno teman dan isu-isu penting dalam psikologi serta berbagai pendekatan metodologis teridentifikasi dan terstruktur dengan baik.



Referensi :

Brennan, James F. (2006). Sejarah dan Sistem Psikologi. 6th Edition. RAJAP. Depok.

Selasa, 11 Maret 2014

Sejarah Psikologi Indonesia


Psikologi di Indonesia.

Psikologi adalah ilmu yang scientific. yang dimaksud dengan ilmu yang scientific ialah sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajarai proses mental manusia dan perilaku manusia. 
Sampai saat ini "psikolgi didefinisikan sebagai ilmu yang dikaji secara ilmiah mengenai perilaku dan proses-proses mental". (King, 2010)

Psikologi di Indonesia muncul pada tahun 1952. Sejarah perjalanan berkembangnya dan munculnya psikologi di Indonesia jauh lebih pendek dibandingkan dengan sejarah psikologi di negara-negara barat. Akan tetapi, walaupun seperti itu kebutuhan akan psikologi di Indonesia sama dengan negara-negara Barat lainnya. Negara berkembang seperti indonesia dibutuhkan dalam bidang kesehatan, pendidikan, permasalahan sosial, dan lain-lain.

Sejarah psikologi di Indonesia dimulai pada tahun 1952 yang diperkenalkan oleh Slamet Iman Santoso. Slamet Iman Santoso ialah profesor psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pada saat pengukuhannya sebagai professor beliau bercerita tentang pasien-pasiennya yang mengalami psikosomatis dan terjadi kebanyakan pada anggota militer dan pegawai pemerintahan yang dikarenakan tidak menyanggupi pekerjaan barunya setelah indonesia mengambil alih kepemerintahannya dari kolonial Belanda pada tahun 1950. Menurut Slamet seorang psikiatri itu perlu mempelajari dan mengetahui ilmu psikologi agar dapat memutuskan hal yang benar dalam memilihkan suatu pekerjaan untuk seseorang sesuai tempatnya. Setelah pidatonya berakhir, dilakukanlah pelatihan khusus untuk para asisten psikolog, dan beberapa tahun setelah itu bagian pelatihan khusus ini dijadikan sebagai jurusan psikologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Slamet ditunjuk sebagai ketua jurusan psikologi dan mahasiswa yang lulus menjadi psikolog pertama kali ialah Fuad Hassan tahun 1958. pada tahun 1960, jurusan psikologi itu berdiri sendiri sebagai Fakultas Psikologi  dengan dekan pertama Slamet sebelum digantikan oleh Fuad Hassan pada tahun 1970-an. selain menjadi gru besar dan dekan Fakultas psikologi, Fuad Hassan juga menjadi duta besar dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. pada tahun 1950-an terdapat beberapa psikolog yang dikirimkan oleh TNI dan pemerintah untuk menjalani pendidikan psikologi di Belanda. setelah mereka selesai, beberapa psikolog itu disebar di beberapa tempat salah satunya yang dikirimkan oleh TNI, psikolog ditempatkan di pusat angakatan darat dan angkatan udara di Bandung, sedangkan yang lainnya ditempatkan di Jakarta dan menjadi staf di Fakultas Psikologi di Universitas Indonesia. 


Referensi :

Sarwono, Sarlito W. (2002). Berkenalan Dengan Aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi3rd Edition.  BULAN.  Jakarta. 
King, Laura A. (2010). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Salemba. Jakarta.